Loading...
Tampilkan postingan dengan label cinta yang indah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cinta yang indah. Tampilkan semua postingan
Berbulan Madu Dengan Bidadari

Berbulan Madu Dengan Bidadari

16.37 Add Comment


Pada zaman Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam hiduplah seorang pemuda yang bernama Zahid yang berumur 35 tahun namun belum juga menikah. Dia tinggal di Suffah masjid Madinah. Ketika sedang memperkilat pedangnya tiba-tiba Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam datang dan mengucapkan salam. Zahid kaku dan menjawabnya agak gugup.

"Wahai saudaraku Zahid….selama ini engkau sendiri saja," Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam menyapa.

"Allah bersamaku ya Rasulullah," kata Zahid.

"Maksudku kenapa engkau selama ini engkau membujang saja, apakah engkau tidak ingin menikah…," kata Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam.

Zahid menjawab, "Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku hodoh, siapa yang mahu akan diriku ya Rasulullah?"

" Asal engkau mahu, itu urusan yang mudah!" kata Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam.

Kemudian Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan sekretarisnya untuk membuat surat yang isinya adalah melamar kepada wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita. Akhirnya, surat itu dibawa ke rumah Zahid dan ia diserah sendiri oleh Zahid ke rumah Said. Disebabkan di rumah Said sedang ada tetamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan surat tersebut dan diterima di depan rumah Said.

"Wahai saudaraku Said, aku membawa surat dari Rasulullah yang mulia diberikan untukmu saudaraku."

Said menjawab, "Adalah suatu kehormatan buatku."

Lalu surat itu dibuka dan dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya

seorang bangsawan harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin dengan orang kaya, itulah yang dinamakan SEKUFU.

Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, "Wahai saudaraku, betulkah surat ini dari Rasulullah?"

Zahid menjawab, "Apakah engkau pernah melihat aku berbohong…."

Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata, "Wahai ayah, kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini…. bukankah lebih baik dijemput masuk?"

"Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya," kata ayahnya.

Disaat itulah Zulfah melihat Zahid sambil menangis sejadi-jadinya dan berkata, "Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau ayah…..!" dan Zulfah merasa dirinya terhina.

Maka Said berkata kepada Zahid, "Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak mau…bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahawa lamaranmu ditolak."

Mendengar nama Rasulullah disebut ayahnya, Zulfah berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, "Wahai ayah, mengapa membawa-bawa nama rasul?"

Akhirnya Said berkata, "Lamaran ke atasmu ini adalah perintah Rasulullah."

Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada ayahnya, "Wahai ayah, kenapa sejak tadi

ayah berkata bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dinikahkan dengan pemuda ini. Kerena ingat firman Allah dalam

Al-Qur'an surah An Nur 24 : Ayat 51. "Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah ucapan. Kami mendengar, dan kami patuh/taat". Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. An Nur 24:Ayat 51)"

Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang ke angkasa dan baru kali ini merasakan bahagia yang tiada taranya dan segera melangkah pulang. Sampai di masjid ia bersujud syukur. Rasulullah yang mulia tersenyum melihat gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya.

"Bagaimana Zahid?"

"Alhamdulillah ia diterima ya Rasulullah," jawab Zahid.

"Sudah ada persiapan?"

Zahid menundukkan kepala sambil berkata, "Ya Rasulullah, kami tidak memiliki apa-apa."

Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Uthman, dan Abdurrahman bin Auf. Setelah mendapatkan wang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli persiapan perkawinan. Dalam keadaan itu jugalah Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam menyeru umat Islam untuk menghadapi kaum kafir yang akan menghancurkan Islam.

Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah siap-siap dengan kelengkapan senjata, Zahid bertanya, "Ada apa ini?"

Sahabat menjawab, "Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, maka apakah engkau tidak mengetahui?" .

Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata, "jika begitu kelengkapan nikah ini akan aku jual dan akan ku beli kuda yang terbaik."

Para sahabat menasihatinya, "Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang?"

Zahid menjawab dengan tegas, "Itu tidak mungkin!"

Lalu Zahid menyitir ayat sebagai berikut, "Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara
, isteri-isteri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu

usahakan, perniagaan yang kamu khuatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu daripada cintakan Allah dan Rasul-Nya (dengan) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik." (QS At Taubah: Ayat 24).

Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran dan mati syahid di jalan Allah.

Rasulullah berkata, "Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah."

Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur'an;

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan kurnia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Surah Ali Imran Ayat 169-170.

"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi

kamu tidak menyadarinya. " (Al Baqarah :Ayat 154).

Pada saat itulah para sahabat menitiskan air mata dan Zulfah pun berkata, "Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak dapat mendampinginya di dunia, maka izinkanlah aku mendampinginya di akhirat."
 
Mahkota Ruhani

CINTA, CINTA DAN HANYA CINTA

13.35 Add Comment


CINTA, CINTA DAN HANYA CINTA

Abu Nashr al-Tusi, dalam kitab Al-Luma` membagi al-mahabbah atau cinta menjadi 3 (tiga) tingkatan

1. Cinta orang kebanyakan ( umum.), yakni mereka yang sudah kenal pada Tuhan dengan zikr, suka menyebut nama-nama Allah dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan Tuhan. Senantiasa memuji Tuhan.

2. Cinta para mutahaqqiqin, yaitu mereka yang sudah kenal pada Tuhan, pada kebesaranNya, pada kekuasaanNya, pada ilmuNya dan lain sebagainya. Cinta yang dapat menghilangkan tabir yang memisahkan diri seseorang dengan Tuhan. Dengan demikian ia dapat melihat rahasia-rahasia yang ada pada Tuhan. Ia mengadakan dialog dengan Tuhan dan memperoleh kesenangan dari dialog itu. Cinta yang kedua ini membuat orangnya sanggup menghilangkan kehendak dan sifat-sifatnya sendiri, sedangkan hatinya penuh dengan perasaan cinta pada Tuhan dan selalu rindu pada-Nya.

3. Cinta para siddiqin dan ’arifin, yaitu mereka yang kenal betul pada Tuhan. Yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri yang dicintai. Akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk ke dalam diri yang mencintai .

Definisi cinta dari uraian di atas adalah menurut para ulama’ salaf. Dan cinta yang dimaksud di atas adalah cinta kepada Allah.
HADIST TENTANG CINTA
Hadist riwayat Abu Dawud dengan sanad yang shahih dari Anas bin Malik:

Ada seorang laki-laki berada di dekat Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian kepadanya lewat seorang yang lain. Laki-laki yang di dekat Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Wahai Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam! Sungguh aku mencintainya.” Maka Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah engkau sudah memberitahukannya?” Ia menjawab, “Belum” Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Beritahukanlah kepadanya!” Kemudian ia mengikutinya dan berkata, “Sungguh aku mencintaimu karena Allah.” Laki-laki itu pun berkata: “Semoga engkau dicintai Allah, yang karena-Nya engkau mencintaiku.”

Rasulullah Saw. yang bersabda dalam satu doanya, “ya Allah, berilah aku rezeki cinta Mu dan cinta oran yang bermanfaat buat ku cintanya di sisiMu. Ya Allah segala yang Engkau rezekikan untukku diantara yang aku cintai, jadikanlah itu sebagai kekuatanku untuk mendapatkan yang Engkau cintai. Ya Allah, apa yang Engkau singkirkan diantara sesuatu yang aku cintai, jadikan itu kebebasan untuku dalam segala hal yang Engkau cintai. (H R. Al-Tirmidi)



Disunnahkan orang yang mencintai saudaranya karena Allah untuk mengabari & memberitahukan cintanya kepadanya. Hal ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Ia berkata hadist ini hasan dari Miqdad bin Ma’di dari Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

“Jika seseorang mencintai saudaranya karena Allah, maka kabarkanlah bahwa ia mencintainya.”
Rosullah Saw bersabda, Cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bias saja suatu saat nati ia akan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya karena bias saja suatu saat nanti ia akan menjadi kekasihmu. (HR. Al-Tirmidzi
Sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai, kamar-kamarnya di surga nanti terlihat seperti bintang yang muncul dari timur atau bintang barat yang berpijar. Lalu ada yang bertanya, “siapa mereka itu?, “mereka itu adalah orang-orang yang mencintai karena Allah ‘Azzawajalla. (HR. Ahmad).

Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, kalian tidak akan masuk surga sebelum kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sebelum kalian saling mencintai. Tidakkah aku tunjukkan kepada kalian mengenai sesuatu yang ketika kalian melakukannya, maka kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian!. (HR. Muslim)
. “Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah itu ada beberapa orang yang bukan golongan nabi dan syuhada, namun para nabi dan syuhada menginginkan keadaan seperti mereka, karena kedudukannya di sisi Allah. Sahabat bertanya, “Ya Rasulullah tolong beritahu kami siapa mereka?” Rasulullah SAW menjawab : “mereka adalah satu kaum yang cinta mencintai dengan ruh Allah tanpa ada hubungan sanak saudara, kerabat diantara mereka serta tidak adak hubunga harta benda yang terdapat pada mereka. Maka demi Allah wajah-wajah mereka sungguh bercahaya, sedang mereka tidak takut apa-apa dikala orang lain takut dan mereka tidak berduka cita dikala orang lain berduka cita”. (HR. Abu Daud)
Hadist riwayat Al-Bazaar dengan sanad hasan dari Abdullah bin Amr, ia berkata: Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Siapa yang mencintai seseorang karena Allah, kemudian seseorang yang dicintainya itu berkata, “Aku juga mencintaimu karena Allah.” Maka keduanya akan masuk surga. Orang yang lebih besar cintanya akan lebih tinggi derajatnya daripada yang lainnya. Ia akan digabungkan dengan orang-orang yang mencintai karena Allah.”

“Allah SWT. berfirman, ” Pasti akan mendapat cintaKu orang-orang yang cinta-mencintai karena Aku, saling kunjung-mengunjungi karena Aku dan saling memberi karena Aku.” (Hadits Qudsi)”.

Diriwayatkan oleh Hakim, Khatib, Ibnu Asakir, Dailami dan lainny; Rasulullah bersabda;

“Barang siapa yang jatuh cinta, lalu tetap menjaga kesucian dirinnya, menyembunyikan rasa cintanya dan bersabar hingga mati maka dia mati syahid.” Sungguh sangat beruntung orang yang mencintai dengan kesucian diri dan berlindung dari godaan syetan yang terkutuk. Tentunya orang yang menjaga cintanya yang suci hingga ia meninggal dunia.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang ingin mencicipi manisnya keimanan, hendaklah ia mencintai seseorang, yang tidak ia cintai kecuali karena Allah”. (HR Ahmad). Dan dalam haditsnya yang lain beliau bersabda, “Tidaklah seorang hamba Allah mencintai hamba Allah karena Allah, kecuali dia akan dimuliakan oleh Allah”.

“Sesungguhnya Allah SWT pada hari kiamat berfirman: “Dimanakah orang yang cinta mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan menaungi dihari yang tiada naungan melainkan naungan-Ku”. (HR. Muslim)

“Bahwa seseorang mengunjungi saudaranya di desa lain, lalu Allah mengutus malaikat untuk membuntutinya. Tatkala malaikat menemaninya, ia berkata: “Kau mau kemana?” Ia menjawab: “Aku ingin mengunjungi saudaraku di desa ini. “Lalu malaikat bertanya: “Apakah kamu akan memberikan sesuatu kepada saudaramu?” Ia menjawab: “Tidak ada, melainkan hanya aku mencintainya karena Allah SWT”. Malaikat berkata: “Sesungguhnya aku diutus Allah kepadamu, bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai orang tersebut karena-Nya”. (HR. Muslim)

“Tiga perkara, barangsiapa memilikinya memilikinya, ia dapat merasakan manisnya iman, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cintanya kepada selain keduanya, cinta kepada seseorang kepada Allah dan membenci kekafiran sebagaimana ia tidak mau dicampakkan ke dalam api neraka”. (HR. Bukharim Muslim)

Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia akan memanggil Jibril dan berkata: Sesungguhnya Aku mencintai si polan maka cintailah dia! Jibril pun mencintainya. Kemudian dia menyeru para penghuni langit: Sesungguhnya Allah mencintai si polan, maka cintailah dia! Para penghuni langitpun mencintainya. Kemudian dia pun diterima di bumi. Dan apabila Allah membenci seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril dan berkata: Sesungguhnya Aku membenci si polan, maka bencilah pula dia! Jibril pun membencinya. Kemudian dia menyeru para penghuni langit: Sesungguhnya Allah membenci si polan, maka bencilah kepadanya. Para penghuni langit pun membencinya. Kemudian kebencianpun merambat ke bumi

Sayap-sayap yang terbang tanpa bulu Hinggap di sisi Rabbul ‘alamin.

10.31 Add Comment


             


 Abu Yazid al-Bisthamy ra menegaskan, “Rahasia batinku naik menuju Allah swt, lalu terbang dengan sayap ma’rifat dengan cahaya kecerdasan di cakrawala Wahdaniyah (KemahatunggalanNya). Tiba-tiba nafsu menghadapku dan berkata, “Kemana kau pergi? Akulah nafsumu dan engkau harus bersamaku.” Namun rahasia batinku (sirr) sama sekali tidak menoleh padanya.
Kemudian makhluk-makhluk lain menghadap sirrku, mereka bertanya, “Kemana kau pergi? Kami adalah teman dan tempat curhatmu, engkau harus bersama kami, demi solidaritas padamu!” Sirrku sama sekali tidak menoleh.
Lantas syurga dengan segenap isinya menghadap sirrku, mereka bertanya, “Kemana engkau pergi? Engkau itu bagiku dan engkau harus di sini denganku.” Maka sirrku sama sekali tidak berpaling.

Lalu anugerah dan pemberian menghadapku, begitu juga karomah-karomah, hingga melewati kerajaanNya, sampai pada kemah Fardaniyah (KetunggalanNya), lantas melampaui universalitas dan keakuan, hingga sirrku sampai di hadapan Allah swt. Dialah yang kucari!”
Allah swt berfirman kepada Nabi Musa as, “Wahai Musa! Sesungguhnya orang yang menjumpaiKu pasti tidak akan kembali dariKu, dan tidak akan kembali kecuali dari Jalan (lurusKu).” Abul Abbas nin Atha’ ra, mengatakan, “Manakala akhirat muncul dalam diri hamba, dunia menjadi sirna di sisinya, sehingga sang hamba hanya menetap di negeri keabadian. Namun manakala sang hamba berada dalam penyaksian Allah Ta’ala, segala hal selain Allah Ta’ala sirna, dan hamba abadi bersama Allah swt.” Ada lelaki di hadapan Abu Yazid ra, berkata, “Ada informasi sampai kepadaku bahwa engkau punya Ismul A’dzom, sangat senang jika engkau mengajariku.”
Abu Yazid menjawab, “Nama Allah itu tidak terbatas. Namun kosongkan hatimu hanya bagi KemahaesaanNya, meninggalkan berpaling pada selain Allah Ta’ala. Jika anda bisa demikian, raihlah Ism (Nama) mana pun yang kau kehendaki, maka dengan Isim itu anda bisa pergi dari timur hingga barat, dalam sekejap dan anda telah kembali.”

Dzun Nun al-Mishry ra, mengatakan, “Ketika aku naik haji, tiba-tiba ada anak muda mengatakan : “Oh Tuhanku, aku telah mengumpulkan tebusanMu, dan engkau Maha Tahu, lalu apa yang Engkau berlakukan pada mereka?”
Lalu kudengar suara : “TebusanKu banyak, dan yang mencariKu sedikit.” Sebagian Sufi ditanya, “Seberapakah antara Allah swt dan hambaNya?” “Empat langkah saja: Satu langkah meninggalkan dunia; satu langkah meninggalkan makhluk; satu langkah meninggalkan nafsu; dan satu langhkah meninggalkan akhirat, maka sang hamba sudah dihadapan Allah swt.” Jawabnya.
Sarry ra berkata, “Siapa yang bangkit untuk taat kepada Allah Ta’ala tanpa ada yang lain, Allah akan memberi minuman dari mata air cinta dariNya, dan dihantar menuju tempat yang benar.”

Sayyidina Ali Karromallahu Wajhah mengatakan, “Orang arif manakala keluar dari dunia tak ada pemandu maupun penyakdi di hari kiamat, tidak ada Malaikat Ridlwan di syurga, juga tidak ada Malaikat Malik di neraka.”
Beliau ditanya, “Lalu dimana sang arif di jumpai?”
“Di hadapan Allah Yang Maha Diraja, di tempat yang benar. Ketika mereka bangkit dari kuburnya mereka tidak bertanya-tanya, “Mana keluarga dan anakku? Mana Jibril dan Mikail? Mana syurga dan pahala?” Namun justru berkata, “Manakah Kekasihku dan kemesraan hatiku?”
Qalbu kaum airfin punya mata Yang memandang apa yang tak biasa dipandang manusia lainnya. Sedangkan lisannya berkata dengan rahasia batinnya
munajat dari malaikat-malaikat mulia di sisiNya yang mencatat :

Sayap-sayap yang terbang tanpa bulu
Hinggap di sisi Rabbul ‘alamin.
Lalu bagai gembalaan di taman suci menari
Dan meminum dari lautan para RasulNya
Para hamba yang menuju kepadaNya
Hingga mendekat, sampai bertemu denganNya.