Loading...
Tampilkan postingan dengan label doa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label doa. Tampilkan semua postingan

Setelah sekian lama.....

22.54 Add Comment
Perjalanan tiada akhir 

     Setelah sekian lama dalam pencarian akhirnya saya dapatkan juga apa yang saya cari selama ini. Teman Apakah ada diantara kalian yang tau apa yang saya cari selama ini? Diantara temen-temen mungkin ada yang tau tentang apa itu makna hidup, persahabatan, teman & keikhlasan. Itu semua yang saya cari selama ini. Sekarang saya sedikit tau tentang itu semua walaupun masih perlu banyak belajar dari semua. Hidup menurut saya dulu adalah untuk bersenang-senang berfoya-foya pokoknya hidup jangan pernah dibikin susah, hidup untuk dinikmati. Tapi setelah sekian lama menjalani semua itu bukannya saya terus puas akan tetapi jiwa saya malah terasa kering & hampa.
     Sekarang hidup menurut saya adalah sebuah titik dari perjalanan yang tiada akhir jadi menurut saya alangkah bodohnya orang yang bersenang-senang di perjalanan, menghabiskan bekalnya padahal mereka tau bahwa perjalanan mereka masih sangatlah jauh. Mereka akan binasa sebelum mereka sampai tempat tujuan mereka. Dulu tidak ada kata ikhlas dalam diri saya, jika saya memberi sesuatu maka saya juga harus mendapat sesuatu sebagai kompensasi dari barang atau jasa yang saya berikan. Sekarang walau masih dalam proses pembelajaran, tapi sedikitnya saya sudah merasakan nikmatnya berbuat untuk mencari Ridho DZAT yang paling saya cintai sekaligus yang paling saya takuti. Hidup adalah perjalanan menuju akhirat yang kekal, abadi untuk selama lamanya. So marilah teman kita berjalan bersama di jalan yang telah ditunjukkan oleh DZAT yang Maha Pemberi Petunjuk

Dalam Doa ku

22.47 Add Comment


Dalam doaku subuh ini kau menjelma langit yang
semalaman tak memejamkan mata, yang meluas bening
siap menerima cahaya pertama, yang melengkung hening
karena akan menerima suara-suara

Ketika matahari mengambang tenang di atas kepala,
dalam doaku kau menjelma pucuk-pucuk cemara yang
hijau senantiasa, yang tak henti-hentinya
mengajukan pertanyaan muskil kepada angin
yang mendesau entah dari mana

Dalam doaku sore ini kau menjelma seekor burung
gereja yang mengibas-ibaskan bulunya dalam gerimis,
yang hinggap di ranting dan menggugurkan bulu-bulu
bunga jambu, yang tiba-tiba gelisah dan
terbang lalu hinggap di dahan mangga itu

Maghrib ini dalam doaku kau menjelma angin yang
turun sangat perlahan dari nun di sana, bersijingkat
di jalan dan menyentuh-nyentuhkan pipi dan bibirnya
di rambut, dahi, dan bulu-bulu mataku

Dalam doa malamku kau menjelma denyut jantungku,
yang dengan sabar bersitahan terhadap rasa sakit
yang entah batasnya, yang setia mengusut rahasia
demi rahasia, yang tak putus-putusnya bernyanyi
bagi kehidupanku

Aku mencintaimu.
Itu sebabnya aku takkan pernah selesai mendoakan
keselamatanmu

(Sapardi Joko Damono, 1989, kumpulan sajak
“Hujan Bulan Juni”)